Kamis, 24 Februari 2011

Loa Kulu Memanas

-Warga Bentrok, Empat Orang Luka
-Diduga Dipicu Masalah Royalti Batubara



BENTROK. Salah seorang korban pemukulan menunjukkan luka bekas gigitan. Keributan terjadi sebagai dampak tidak transparannya royalti batubara yang dikelola FPMLK. (Foto Guntur)
Tenggarong, Express: Beberapa warga Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar) terlibat bentrok, di depan Kantor Camat, Jl Mulyo Pranoto RT 1, Kamis (24/02) kemarin.
Pemicu bentrokan yang melibatkan sesama warga Loh Sumber, diduga disebabkan faktor fee atau royalti batubara PT Mega Prima Persada (MPP) yang dikelola Forum Pemerhati Masyarakat Loa Kulu (FPMLK).
Akibat kejadian itu, empat orang mengalami luka memar di wajah dan badan. Tiga orang adalah warga Jl Sumber Rejeki RT 9 yakni, Syahruji, Yatin dan Marjuki (Ketua RT). Sedangkan satu korban lagi bernama Karyono, warga RT 2 Desa Loh Sumber.
Kapolres Kukar AKBP Fadjar Abdillah didampingi Kapolsek Loa Kulu AKP Kurdi MZ menjelaskan, bentrokan terjadi saat hendak dilakukannya pertemuan di Kantor Camat. Pertemuan itu merupakan tindaklanjut dari laporan masyarakat yang menginginkan adanya transparansi royalti batubara yang dikelola FPMLK. Sehingga pihak kecamatan mengundang unsur Muspika, LPM, BPD dan FPMLK bersama masyarakat untuk berdialog. Namun pertemuan ditunda karena adanya bentrok tersebut.
“Sampai saat ini (kemarin, Red) kami masih melakukan penyelidikan terkait keributan itu. Untuk menghindari keributan yang lebih luas, maka polisi menyarankan agar pertemuan ditunda,” kata Kurdi.
Ia juga menjelaskan, kedua kubu yang terlihat baku hantam sebenarnya adalah saudara sepupu. Yakni Yatni dan Marjuki. “Kami juga akan menyelidiki, apakah keributan itu dipicu pembagian royalti, atau memang karena ada persoalan pribadi,” tambahnya.
Ia menambahkan, jika memang ada penyebabnya murni karena persoalan royalti, maka polisi akan memanggil FPMLK, baik ditingkat desa maupun kecamatan. “Kalau ada kaitannya masalah forum (FPMLK, Red), maka kami akan panggil forum desa,” katanya.
Sementara Kades Loh Sumber, Tukiran memberikan dukungannya kepada FPMLK. Ia mengaku tidak ada masalah mengenai royalti batubara. Pasalnya, sejak awal desanya selalu kecipratan dana itu. Bahkan ia menganggap kehadiran FPMLK membantu pembangunan desanya.
“Kalau ada pertanyaan soal realisasi dana forum, ya lucu saja. Penyaluran fee selalu lancar kok. Karena SPJ selalu dibuat tepat waktu. Setiap tahun paling sedikit desa kami mendapat Rp 150 juta, tergantung dari produksi. Bahkan 12 desa di Loa Kulu selama ini dapat tambahan dari forum,” katanya.
Terpisah salah seorang korban, Syahruji menjelaskan, kedatangannya bersama warga ke kecamatan atas dasar undangan. Pasalnya beberapa waktu sebelumnya, warga sudah bersurat ke kecamatan terkait transparansi royalti batubara yang dikelola FPMLK.
“Selasa (20/02) kami mengirim surat ke kasi pemerintahan kecamatan. Rabu (21/02) kami terima undangan untuk difasilitasi kecamatan. Hari ini (kemarin, Red) adalah pertemuannya. Tapi belum sempat pertemuan sudah dipukuli,” katanya.
Pemukulan berawal saat Syahruji bersama warga lainnya baru turun dari sepeda motornya. Lalu munculah kaur pemerintahan Desa Loh Sumber, Normat dan Marjuki yang marah-marah.
“Saya diancam mau dipukul dan dituduh jadi provokator. Lalu mereka (Normat dan Marjuki, Red) melihat Karyono dan langsung memukulnya. Tak sampai disitu, Yatin (sepupu Marjuki, Red) yang hendak masuk pintu gerbang kantor camat langsung dikejar dan dipukul juga,” jelasnya.
Lalu kata Syahruji, melihat rekannya dipukuli, ia pun berusaha melerai tapi malah digigit. Sejurus kemudian, ia pun mendapat bogem mentah dari Ketua FPMLK Desa Loh Sumber, Erwin. “Saya dipukul Erwin saat berusaha melerai,” ujarnya lagi. (gun)

Tidak ada komentar: